Minus Tora
Setelah “Ada Apa Dengan Cinta”, “Me Vs High Heels” , “Virgin” dan serial TV lainnya, kali ini giliran film “Arisan!” yang dibuatkan versi TV series-nya.
Masih seputar kehidupan borjuis middle thirty
Walaupun minus Tora Sudiro disini tapi tetap tidak mengurangi daya tarik serial ini.
Meskipun untuk pancingan agar pemirsa TV tertarik menyaksikan serial ini, wajah Tora tetap yang dijadikan trailer dan tayangan iklan TV-nya.
Untuk penggemar berat Tora pasti akan kecewa karena tidak akan bisa menyaksikan Tora Sudiro disini, jadi iklan memang selalu bisa memberi daya tarik tersendiri (menipu maksudnya sih... Hehehe).
Hanya sekitar 3 episode awal saja Tora muncul di serial ini, itupun selebihnya hanyalah kilas balik dan sisipan dari adegan di “Arisan!” versi the movie, selebihnya tokoh Sakti ini “dihilangkan” dan diceritakan mendapatkan beasiswa S2 di London.
Mungkin banjir order dan kesibukan di “Extravaganza” bukan tidak mungkin jadi kendala buat Tora untuk main di Serial ini.
Tapi itulah kehebatan cerita dari serial ini. Kehebatanya bisa membuat pemirsa TV terus tertarik dan masih tidak pernah absen menunggu kelanjutan episode-nya meskipun minus sang bintang utama yang jelas jelas paling punya “daya jual”.
Aku kira dulu serial ini dibuat hanya lantaran kepopuleran Tora saja dan hanya mementingkan segi komersial.
Tapi ternyata setelah terus menyaksikan episode episode selanjutnya ternyata semuanya itu salah besar.
Ternyata serial ini dibuat dengan konsep yang sangat baik dan cukup bisa membuktikan bahwa kekuatan cerita bisa mengungguli daya tarik pemainnya juga.
Alur cerita di serial ini sepertinya mesti dirubah dan tidak lagi ber-central pada cerita pasangan Nino dan Sakti lagi, tetapi dibiaskan ke semua tokoh tokohnya untuk mengembangkan ide ceritanya.
Penulis screenplay/skenarionya juga sangat lihai sekali membuat sesuatu yang benar benar baru dan berbeda dengan versi the Movie, dan siapa sangka kalo penulis screenplay ini adalah si pemilik peran “Mucikari” imut di serial ini, yaitu Melisa Karim yang juga dibantu oleh Alim Sudio.
Selain itu kemunculan tokoh tokoh baru pun cukup menghibur dengan segala keunikan karakter yang cukup natural tapi sangat bisa membawa emosi pemirsa.
Apalagi tokoh baru “si Ibu Yuyun” yang walaupun sangat sangat annoying dengan pembawaannya yang selalu merasa paling “penting”,dengan segala pikiran “kolot”-nya dan kata kata pedasnya menghujat semua orang tapi selalu menarik dan cukup menghibur walaupun tokoh ini belum bisa secara luwes dibawakan tapi tetap kurang menarik kalo “si Ibu Yuyun” ini tidak ada.
Walau diawal awal episode memang agak terganggu dengan insert insert nggak penting dari kilas balik tayangan versi the Movie yang terlalu sering dan terkesan cuman untuk memanjang manjangkan serial ini tapi untungnya sekarang semua itu sudah tidak ada lagi.
Sepertinya tidak ada lagi tokoh utama di serial ini karena semuanya mempunyai porsi yang sama baik di segi cerita maupun peran berkat penulisan skenario yang baik.
Kali ini Nia Dinata tidak lagi duduk sebagai penulis skenario dan the main director dalam penyutradaraan serial ini. Kali ini sepertinya Nia lebih mantaphanya duduk sebagai produser saja walaupun di episode terakhir season ini dia turun tangan sebagai director juga.
Kabarnya untuk season pertama serial ini Nia membuat sekita 39 episode dengan mengerahkan 2 orang sutradara handal lainnya selain dirinya sendiri sejak bulan Desember lalu.
Disepertiga season pertama ini (sekitar 10 episode), Nia mempercayakan Jajang C Noer untuk menjadi sutradaranya. Kemudian di sepertiga berikutnya barulah digantikan oleh Ody C. Harahap yang menggarap sekitar 15 episode dan Nia Dinata sendiri akhirnya turun tangan juga sebagai sutradara serial ini pada sepertiga terakhir season ini.
Untuk satu episode saja kabarnya serial ini menghabiskan dana sekitar 200 juta rupiah dan pemirsa TV juga dimanjakan matanya dengan tontonan TV yang mempunyai kualitas gambar yang sangat bagus sekali karna maklum saja serial ini dibuat dengan kamera 16mm yang biasa digunakan untuk membuat film layar lebar dengan format Wide Screen.
Jadi pantas saja biaya produksinya pun jadi begitu mahal.
Hmmmm mudah mudahan
Semoga saja bisa jadi seperti serial “Friends” yang bisa mencapai sepuluh season dan walaupun serial “Friends” sudah berakhir tapi bisa menghasilkan “anak” serial baru.
Semoga…
No comments:
Post a Comment